PARA PENGUASA SIDENRENG

PARA PENGUASA SIDENRENG

16 August 2020

7786 VIEWS

1.  Manurungnge ri Bulu Lowa

Manurungnge di Bulu Lowa yang mula-mula mendirikan Kerajaan Sidenreng. Tidak dikenal nama dirinya dan tidak ada informasi tentang apa saja yang terjadi di Sidenreng pada masa kekuasaannya.


2. Songko Pulawengnge

Songko Pulawengnge menggantikan ayahnya menjadi Addaowang Sidenreng. Dia pergi ke Suppa kawin dengan We Pawawoi Arung Bacukiki. Perkawinan Songko Pulawengnge dengan We Pawawoi melahirkan La Batara.


3. La Batara

La Batara menggantikan ayahnya menjadi Addaowang Sidenreng. Dia pergi ke Bulu Cenrana kawin dengan We Cinnadio Arung Bulu Cenrana. We Cinnadio ialah cucu dari To Manurung di Bulu Cenrana. Perkawinan La Batara dengan We Cinnadio melahirkan anak pertamanya bernama La Mariase’ yang nantinya menggantikan ibunya menjadi Arung Bulu Cenrana, anak keduanya bernama La Pasampoi yang nantinya menggantikan ayahnya menjad Addaowang Sidenreng dan anak ketiganya bernama We Yabeng yang nantinya menjadi Arung Massepe yang pertama. La Mariase’ kawin dengan Arung Rappang melahirkan anak pertamanya bernama La Pakallongi yang nantinya menjadi Arung Rappang, anak keduanya bernama We Patoling yang nantinya menjadi Arung Rappang, anak ketiganya bernama We Cemmarenni yang kawin dengan Arung Maiwa, anak keempatnya bernama We Patellongi yang nantinya menjadi Arung Bulu Cenrana dan kawin dengan La Palebbangi Arung Belawa, anak kelimanya bernama We Cemmaimpu yang nantinya kawin dengan Arung Lamerra dan anak keenamnya bernama Mpoki yang nantinya kawin dengan La Wawo Arung Gilireng.


4. La Pasampoi

La Pasampoi menggantikan ayahnya  menjadi Addaowang Sidenreng. Dia pergi ke Soppeng kawin dengan We Tappatana Datu Mario Riwawo puteri La Bottinglangi. Perkawinan ini melahirkan La Pateddungi.


5. La Pateddungi

La Pateddungi menggantikan ayahnya menjadi Addaowang Sidenreng. Dialah memerintah di Sidenreng didampingi oleh seorang penasehat yang bijak bestari bernama La Pagala alias Nenek Mallomo. Pada masa La Pateddungi berkuasa subur padi sawah di Sidenreng, sebab kejujuran yang menjadi pedomannya dalam memutus perkara. Pada masa La Pateddungi berkuasa juga terjadi perang antara Sidenreng dan Luwu. Pada masa itu yang menjadi Datu Luwu ialah Tosengereng Dewaraja. La Pateddungi kawin di Sawitto dengan We Gempo puteri dari La Paleteang Addatuang Sawitto dan We Wasse. Perkawinan ini melahirkan La Patiroi dan We Renritana.


6. La Patiroi

La Patiroi  menggantikan ayahnya menjadi Addaowang Sidenreng. Dia kawin dengan We Dakau Arung Rappang puteri dari La Pakallongi. Perkawinan ini melahirkan La Tonang yang nantinya menggantikan ibunya menjadi Arung Rappang. La Tonang kawin dengan We Tenri Lekka puteri dari La Massora Arung Alitta dan We Passulle Daeng Bulaeng Datu Bissue Addatuang Sawitto. Perkawinan ini melahirkan anak pertamanya yang digelari Moppangnge ( Si Tengkurap ) karena sejak dilahirkan dia senantiasa tengkurap. Moppangnge yang nantinya menggantikan ibunya menjadi Arung Alitta. Anak keduanya bernama We Tasi’ Maubengnge kawin dengan La Pabila Datu Citta melahirkan To Dani yang nantinya menjadi penguasa penguasa di lima kerajaan di Ajatappareng.



La Patiroi juga kawin di Gowa dengan We Tosappai puteri dari Tunipallangga Ulaweng Sombaya Gowa. La Patiroi melantik isterinya ini menjadi Arung Bulubangi dan Arung Doping. Pada masa kekuasaan La Patiroi, Islam menjadi agama resmi Kerajaan Sidenreng pada tahun 1609. La Patiroi juga kawin dengan kemanakan dari Sombaya Goawa melahirkan anak pertamanya bernama La Gojeng, anak keduanya bernama Tomalu’ dan anak ketiganya bernama La Baeda. La Gojeng nantinya menjadi Arung Belawa dan Arung Alitta. La Gojeng wafat sebelum kawin. La Gojeng yang pertama dikuburkan secara Islam oleh orang Arateng. Dia dikebumikan bersama benda-benda permainan anak bangsawan, seperti gasing emas, logo emas dan lainnya.



La Patiroi kawin lagi melahirkan La Paenrongi matinroe ri Mojong (yang berkubur di Mojong). La Paenrongi pergi ke Soppeng Timur kawin dan melahirkan To Lebbae yang nantinya menjadi Datu Soppeng Timur. To Lebbae yang melahirkan We Sogi. We Sogi kawin dengan Cella Bonga putera dari Datu Baringeng. Perkawinan ini melahirkan We Sake’ yang nantinya menjadi Arung Ugi dan Arung Turungeng.



Adapun adiknya To Lebbae yang bernama We Maddumpue menjadi Arung Turungeng kawin di Otting dengan I ComeE putera dari La Pananrang, La Panarang ialah putera dari La Ulekkajena. Perkawinan We Maddumpue dengan I ComeE melahirkan Towari dan We Pattola. We Pattola kawin dengan La Tangngareng Ranreng Tuwa Wajo putera dari We Tale dan La Pagajang Malela Ranreng Tuwa Wajo. Perkawinan ini melahirkan La Bessi dan La Barani. La Bessi kawin dengan We Sake’ Arung Ugi puteri dari Cella Bonga Datu Baringeng dan We Sogi. Perkawinan ini melahirkan La Pakallongi yang nantinya menjadi Matowa Wajo. La Pakallongi ialah kakek dari La Patau Mangkau Bone.



La Patiroi Addaowang Sidenreng matinroe ri Massepe (yang berkubur di massepe) yang pertama mengislamkan Belawa Barat. Dia menjadi asal usul sehingga di Sidenreng dikenal istilah “delapan bersaudara”. Pada masa kekuasaan La Patiroi mulai dikenal tradisi penguburan mayat. Sebelum Islam menjadi agama di Sidenreng, maka yang dilakukan adalah tradisi membakar mayat. Pada masa kekuasaan La Patiroi juga datang Matowa Wajo untuk meminta perlindungan kepada Sidenreng. Matowa Wajo ini telah ripalumpangi tana di Wajo, sebab dia tidak mau menjadikan Islam sebagai agama yang baru. Addaowang Sidenreng menempatkan Wajo dan pengawalnya di selatan benteng sebagai tempat tinggal mereka.


7. La Makkaraka

La Makkaraka menggantikan ayahnya menjadi Addatuang Sidenreng. Dialah orang pertama yang menggunakan istilah Addatuang bagi raja yang berkuasa di Sidenreng. Adapun adik perempuannya yang bernama We Yabeng mewarisi harta kekayaan dari ayahnya. La Makkaraka kawin di Gowa dengan Daeng Madangko kemanakan dari Sombaya Goawa melahirkan La Suni. La Suni wafat selagi masih muda.


8. We Yabeng

We Yabeng belum kawin ketika menggantikan saudaranya menjadi Addatuang Sidenreng. Namun demikian, dia menyerahkan kembali kekuasaannya di Sidenreng kepada saudaranya, sebab dia bersama pengawalnya pergi ke Bulubangi membuka perkampungan baru. Sebelum pergi ke Bulubangi, We Yabeng bermufakat dengan La Makkaraka bahwa kekuasaan di Sidenreng dikembalikan kepada La Makkaraka dan We Yabeng akan menjadi Arung Bulubangi dan menjadi Tellu Latte.



We Yabeng Arung Bulubangi dan Tellu Latte Sidenreng kawin dengan La Saliu putera dari La Sangaji Arung Lowa dan We Cama. Perkawinan ini melahirkan anak pertamanya yang bernama We Mappadudu bergelar Ida Page yang nantinya menjadi Arung Bulubangi, anak keduanya bernama La Tabusassa alias Topajungpongae dan anak ketiganya bernama We Tenri Seno Ida Weru yang nantinya menjadi Arung Ganra.



Adapun We Mappadudu Ida Page kawin dengan Taranatie Daeng Mabela Datu Pammana putera dari La Mappasilli dan We Tenri Seno Datu Bunne. Perkawinan ini melahirkan anak pertamanya yang bernama La Tenri Sessu Totimoe yang nantinya menjadi Datu Pammana, anak keduanya bernama La Tenri Tippe Towalennae yang nantinya menjadi Arung Ujungpulu dan Addatuang Sidenreng, anak ketiganya bernama We Kutana, anak keempatnya bernama La Tenri Seppe, anak kelimanya bernama La Paubbari alias La Parengki.



Adapun puteri We Yabeng yang bernama We Tenri Seno Ida Weru Arung Ganra kawin dengan La Tenri Pau Addatuang Sawitto putera dari We Passulle Daeng Bulaeng Datu Bissue dan Topattekkeng Cakkuridi Wajo. Perkawinan ini melahirkan anak pertamanya yang bernama La Toraja yang nantinya menjadi Addatuang Sawitto dan anak keduanya bernama We Timeng Petta Battowae yang nantinya menggantikan ibunya menjadi Arung Ganra dan menggantikan kakak laki-lakinya menjadi Addatuang Sawitto.



We Timeng Petta Battowae kawin di Bulubangi dengan kerabatdekatnya yang bernama La Parengki alias La Paubbari melahirkan anak pertamanya yang bernama La Manguluwang yang nantinya menjadi Arung Ganra dan anak keduanya bernama La Syukur yang nantinya menjadi Arung Bulubangi. La Syukur kawin dengan We Cella Arung Alitta puteri dari La Tonang Malotongnge Arung Rappang melahirkan anak pertamanya yang bernama La Maddi yang nantinya menjadi Arung Alitta dan anak keduanya bernama La Pamessangi yang juga nantinya menjadi Arung Alitta, Arung Bulubangi, Arung Bulubangi, Arung Belawa dan Datu Suppa.


9. La Makkaraka

La Makkaraka menjadi Addatuang Sidenreng kembali setelah saudarinya yang bernama We Yabeng menyerahkan kekuasaan itu kepadanya. La Makkaraka kawin dengan cucu dari Tunipallangga Ulaweng Sombaya Gowa ialah puteri dari salah seorang anggota Bate Salapang ( Dewan Hadat ) Gowa. Perkawinan ini melahirkan La Suni yang digelar Karaeng Massepe. La Suni pergi ke timur kawin dengan We Yempu puteri dari We Gau penguasa di Timur melahirkan seorang perempuan yang bernama We Bungabau. We Bungabau kawin dengan Petta Ponggawae Bone yang bernama Towaccalo Arung Amali.


10. La Suni 

La Suni menggantikan ayahnya menjadi Addatuang Sidenreng. Dia adalah Addatuang Sidenreng yang sangat banyak pengabdiannya kepada Bone, sebab pada masa kekuasaannyalah terjadi perang antara Gowa dan Bone. Pada waktu itu Sidenreng menjadi pengawal Bone dan memerdekakan dirinya dari taklukan Gowa. Sidenreng memiliki sebuah keris pusaka yang bernama Lamba Sidenreng. Kedua sebab inilah yang menyebabkan Arung Palakka atau Mangkau Bone sangat menyayangi La Suni Karaeng Massepe. Para anggota Ade’ Pitu (Dewan Hadat) Bone cemburu melihat Mangkau Bone sangat sayang kepada La Suni Karaeng Massepe. Bersepakatlah para anggota Ade’ Pitu Bone mencari cara agar supaya La Suni Karaeng Massepe berhenti menjadi kesayangan Mangkau Bone. Dibangkitkanlah isu bahwa La Suni hendak menyerang Bone. Isu ini disampaikan kepada Arung Palakka yang bertahta di Rompegading. Arung Palakka marah dan menyuruh Janggo Panco memenggal kepalanya La Suni Karaeng Massepe dan membawanya ke Rompegading.



Janggo Pance berhasil memenggal kepala La Suni Karaeng Massepe dan membawanya ke Rompegading. Setibanya di Rompegading, Janggo Pance memperlihatkan kepala La Suni Karaeng Massepe kepada Arung Palakka, tetapi muka La Suni tidak mau menghadap kepada Arung Palakka. Akhirnya Arung Palakka bertanya kepada Janggo Pance, “apa sebabnya muka La Suni Karaeng Massepe tidak mau menghadap kepadaku, mungkin ada pesan yang telah disampaikannya sebelum engkau penggal kepalanya”. Menjawablah Janggo Pance bahwa pesan La Suni Karaeng Massepe sebelum dipenggal kepalanya, “apakah kesalahan saya kepada Bone. Apakah Bone telah melupakan kebaikan saya kepadanya. Saya yang senantiasa melindungi Bone dari musuh-musuhnya”. Mendengar itu, Arung Palakka berucap, “ternyata bahwa La Suni Karaeng Massepe tidak mempunyai kesalahan kepada Bone. Kalian semua membohongi saya bahwa La Suni Karaeng Massepe telah berbuat jahat kepada Bone. Sekarang kepalamu Janggo Pance yang mesti dipenggal menggantikan kepala La Suni Karaeng Massepe”.



Sebelum terbunuh La Suni Karaeng Massepe kawin dengan We Yempu puteri dari We Gau penguasa di Timur melahirkan seorang perempuan bernama We Bungabau. We Bungabau kawin dengan Petta Ponggawae Bone yang bernama Towaccalo Arung Amali melahirkan Toagamette kawin dengan We Rukiya Karaeng Bainea melahirkan anak pertamanya yang bernama Taranatie, anak keduanya bernama Towappo, anak ketiganya bernama We Menro dan anak keempatnya bernama We Manneng.



Towappo kawin dengan We Tungke Datu Tempe dan Arung Maiwa puteri dari La Paulangi Petta Janggo Arung Maiwa dan We Yabeng Datu Tempe. Perkawinan ini melahirkan anak pertamanya yang bernama La Wawo dan anak keduanya bernama La Tenri alias La Samallangi yang nantinya menjadi Arung Baranti.


11. To Dani

To Dani menggantikan La Suni menjadi Addatuang Sidenreng. Dia juga menjadi raja di lima kerajaan di Ajatappareng yaitu Sidenreng, Suppa, Sawitto, Rappang dan Alitta. To Dani ialah putera We Tasi’ Petta Maubengnge Datu Suppa yang juga Arung Rappang dan La Pabila Datu Citta. We Tasi’ Petta Maubengnge ialah puteri dari La Tonang Malotongnge Arung Rappang dan We Tenri Lekka Arung Alitta. Oleh itu, dapat diketahui bahwa To Dani adalah keturunan La Patiroi Addaowang Sidenreng matinroe ri Massepe (yang berkubur di Massepe).



To Dani ialah Addatuang Sidenreng, Addatuang Sawitto, Datu Suppa, Arung Alitta, Arung Rappang dan Karaeng Galingkang. To Dani kawin We Cella melahirkan seorang laki-laki bernama La Mauraga dan seorang perempuang bernama We Datu. We Datu kawin dengan Daeng Massuro putera dari La Cella Mata melahirkan anak pertamanya yang bernama La Cella Puanna Bali, anak keduanya bernama La Rappe dan anak ketiganya bernama We Tuncu yang nantinya kawin dengan Arung Ciung. Perkawinan We Tuncu dengan Arung Ciung melahirkan La Padda dan La Magga.



To Dani juga kawin dengan Daeng Paranggi melahirkan seorang anak yang disebut Mangkasae. Mangkasae kawin dengan kerabat dekatnya yang bernama Karaeng Bodo melahirkan anak pertamanya yang bernama Daeng Mattoda dan anak keduanya yang bernama We Galito. To Dani juga kawin dengan Arung Akkajeng yang bernama We Lampe’ Allong melahirkan We Dauttu. We Dauttu kawin dengan La Tenri Tatta Daeng Tomaming Datu Suppa mantiroe ri Masigi’na (yang berkubur di samping mesjidnya), Addatuang Sawitto juga pernah menjadi Arung Arateng. Perkawinan We Dauttu dengan La Tenri Tatta melahirkan La Toware yang nantinya menjadi Datu Suppa. La Toware yang melahirkan We Jora dan La Tinulu. To Dani juga kawin dengan We Kacimpureng saudari dari Arung Palakka.



Pada masa kekuasaan To Dani di lima kerajaan Ajatappreng, sebenarnya dia mau memerdekakan Ajatappareng dari Bone. Oleh itu, Arung Palakka sebagai Mangkau Bone mengutus tentara untuk menyerang To Dani. To Dani yang tidak dapat mempertahankan kekuasaannya melarikan diri ke Mandar untuk meminta perlindungan. Akan tetapi raja-raja di Mandar tidak berani melindungi To Dani dari kejaran tentara Arung Palakka, Akhirnya To Dani ditangkap dan dicekik lehernya sampai mati pada 11 Februari 1681. Itulah sebabnya setelah To Dani wafat digelar matinroe ri Salemo (yang berkubur di Salemo).


12. La Tenri Tippe Towalennae

La Tenri Tippe Towalennae ialah putera Datu Pammana dan We Mappanyiwi Ida Page Arung Bulubangi. Dia dilantik menjadi Addatuang Sidenreng sebab dia disukai oleh Mangkau Bone dan juga dia ialah kemanakan dari Arung Palakka dari garis ibunya. La Tenri Tippe Towalennae kawin di Berru dengan We Lipa Daeng Manakku melahirkan We Kutana yang nantinya menjadi Arung Berru dan La Mallewai yang nantinya menjadi Arung Ujungpulu dan Addatuang Sidenreng.


13. La Mallewai

La Mallewai menggantikan ayahnya menjadi Addatuang Sidenreng. Dia juga menjadi Arung Ujungpulu, Arung Berru dan juga berhak untuk berkuasa di Soppeng. La Mallewai kawin di Makassar dengan I Sabaro Daeng Takotu puteri dari Karaeng Karunrung Tumabbicara Butta Gowa. Perkawinan ini melahirkan We Jora, Karaeng Bontosia dan We Rakiya Karaeng Kanjenne. We Jora kawin dengan La Tenri Tatta Daeng Tomaming Addatuang Sawitto dan Datu Suppa melahirkan La Doko yang nantinya menjadi Datu Suppa dan Addatuang Sawitto.



We Rakiya berbuat selingkuh dengan Mas Madina Sultan Sumbawa suami dari We Batari Toja Mangkau Bone. Sebab itulah, Mangkau Bone mengasingkan keduanya. Dalam pengasingannya We Rakiya melahirkan I Sugiratu. Pada masa We Rakiya kembali dari pengasiangannya dia bercerai dengan Mas Madina Sultan Sumbawa. We Rakiya kawin lagi dengan Toagamette Arung Jelling Petta Ponggawae Bone melahirkan anak pertamanya yang bernama Taranatie yang nantinya menjadi Addatuang Sidenreng. Anak keduanya bernama Towappo yang nantinya menjadi Arung Berru. Anak ketiganya bernama We Mara’ dan anak keempatnya bernama We Manneng. Adapun Toagamette Arung Jelling ialah cucu dari La Suni Karaeng Massepe. We Batari Toja menceraikan We Rakiya dengan Toagamette Arung Jelling.



We Rakiya kawin ketiga kalinya dengan La Makka Arung Ujung Makkedangnge Tana Bone putera dari Arung Ujung Tomarilaleng Bone dengan Oputoba. Perkawinan ini melahirkan dua orang. Setelah La Makka mangkat, We Rakiya kawin keempat kalinya dengan I Mappaurangi tumenanga ri Pasi’ Karaeng Tallo dan Sombaya Gowa. Perkawinan ini melahirkan I Musa yang nantinya menjadi Karaeng Tallo.



La Mallewai kawin lagi untuk kedua kalinya di Lamuru dengan We Karoro melahirkan seorang putera bernama La Cella yang nantinya menjadi Datu Lamuru dan Arung Ujungpulu. La Cella kawin dengan We Rabacina Ida Teppinra melahirkan La Tenri Sanna Petta Janggo yang nantinya menggantikan ayahanya menjadi Datu Lamuru.



La Tenri Sanna Petta Janggo Petta Janggo pergi ke Bone kawin dengan We Kali Arung Paijo puteri dari Tosibengareng dan saudari dari Opu Bontobangung. Perkawinan ini melahirkan La Sunra yang nantinya menjadi Datu Lamuru. La Sunra kawin dengan We Panangareng Datu Mario Riwawo puteri dari We Tenri Leleang Datu Luwu dan La Mallarangeng Datu Mario Riwawo dan Datu Lompulle. Perkawinan La Sunra dengan We Panangareng melahirkan anak pertamanya yang bernama La Mappawareng yang nantinya menjadi Datu Lamuru. Anak keduanya bernama La Malani yang nantinya menjadi Datu Botto Tua. Anak ketiganya bernama La Tenri Sanna yang nantinya menjadi Datu Botto Muda. Anak keempatnya bernama La Mauraga yang nantinya menggantikan saudaranya menjadi Datu Lamuru. Anak kelimanya bernama La Pottobunne yang nantinya menjadi Datu Bakke.



La Mappawareng kawin dengan We Asia Datu Lompulle puteri dari saudari La Tenri Sessu Arung Ganra dan We Saddiyah cucu dari Opu Bontobangung. Perkawinan ini melahirkan anak pertamanya yang bernama We Pucci Daeng Manarang yang nantinya menjadi Datu Lompulle. Anak keduanya bernama La Rumpamegga Topariwusi yang nantinya menjadi Dulung Ajangale, Datu Mario Riwawo, Datu Lamuru dan Datu Tanete. La Rumpangmegga bekerjasama dengan Belanda memerangi La Patau Datu Tanente. Dia kemudian dilantik oleh Belanda menjadi Datu Tanete karena berhasil memenangkan peperangan ini.



La Rumpamegga Topariwusi kawin dengan Pancaitana Bungawalie Akkapeng putera dari La Mappapoleonro Datu Soppeng dan We Tenri Awaru Sitti Hawa Datu Luwu. Perkawinan ini melahirkan anak pertamanya yang bernama We Tude yang nantinya menjadi Datu Mario Riwawo. Anak keduanya bernama We Panangareng yang nantinya menjadi Datu Lompulle. Anak ketiganya bernama Jayalangkara yang nantinya menjadi Datu Lamuru. Anak keempatnya bernama We Baji yang nantinya menjadi Arung Boli. Anak kelimanya bernama La Mappatola yang nantinya menjadi Datu Bakke.



La Rumpamegga kawin untuk kedua kalinya dengan Colliq Pakue Daeng Tarappe puteri dari La Mauraga Datu Lamuru dan Jao Haremani Kaiddera Puteri Daha. Jao Haremani Kaiddera Puteri Daha ialah puteri dari orang Melayu. Perkawinan ini melahirkan seorang puteri yang bernama Colliq Pujie.



Adapun La Tenri Peppang Datu Botto kawin dengan We Sitti Fatimah Daeng Baji puteri dari La Wawo Addatuang Sidenreng dan Daeng Risanga. Perkawinan ini melahirkan anak pertamanya yang bernama We Bana, anak keduanya bernama La Wana, anak ketiganya bernama Abdullahi yang nantinya menjadi Arung Batupute dan anak keempatnya bernama We Alawiyah. Abdullahi kawin dengan We Timeng puteri dari La Kuneng Addatuang Sawitto, Datu Suppa dan Arung Belawa dan We Madellu. Perkawinan ini tidak melahirkan seorang anak pun.



La Mallewai kawin untuk ketiga kalinya dengan We Pada Daeng Manessa Datu Pammana puteri dari La Tenri Sessu Totimo’e dan We Banakebo Arung Bulo-bulo. Perkawinan ini melahirkan seorang yang mati selagi masih muda.




14. We Rakiya Karaeng Kanjenne


We Rakiya Karaeng Kanjenne menggantikan ayahnya menjadi Addatuang Sidenreng dan Arung Berru. Dia ini perempuan yang sangat cantik. Karena kecantikannya sehingga dia kawin empat kali. Awalnya We Rakiya kawin dengan Mas Madina Sultan Sumbawa. Karena Mas Madina ialah suami dari We Batari Toja Mangkau Bone, maka Mangkau Bone mengasingkan We Rakiya bersama Mas Madina. Di tempat pengasingan mereka melahirkan seorang puteri yang bernama I Sugiratu Karaeng Bontoparang.


I Sugiratu kawin dengan I Mappasomba Karaeng Bontolangkasa pada tahun 1739. Perkawinan ini tidak melahirkan seorang anak pun sehingga keduanya bercerai. I Sugiratu kawin lagi dengan Muhammad Kaharuddin melahirkan seorang puteri yang bernama Karaeng Bontomasuji.


Pada masa We Rakiya diasingkan bersama Mas Madina Sultan Sumbawa, maka Toagamette Arung Jelling cucu dari Karaeng Massepe yang ditebas lehernya di Lingkajo kawin dengan We Batari Toja Mangkau Bone. Setelah perkawinan ini Toagamette pun dilantik menjadi Petta Ponggawae Bone. Mereka tidak melahirkan seorang anak pun sehingga keduanya bercerai.


Setelah We Rakiya bercerai dengan Mas Madina, maka kemudian Toagamette kawin dengan We Rakiya. Oleh itu, We Batari Toja Mangkau Bone marah kepada keduanya. Keduanya pun diasingkan. Dalam pengasingan mereka melahirkan anak pertamanya bernama Taranatie, anak keduanya bernama Towappo, anak ketiganya bernama We Merra dan anak keempatnya bernama We Manneng.


Adapun Towappo kawin dengan We Tungke Datu Tempe dan Arung Maiwa melahirkan anak pertamanya yang bernama La Wawo yang nantinya menjadi Datu Tempe, anak keduanya bernama La Samallangi yang nantinya menjadi Arung Baranti dan Arung Bulu Cenrana.


Setelah We Rakiya bercerai dengan Toagamette Arung Jaling Petta Ponggawae Bone dia kawin lagi dengan La Makka Arung Ujung Makkedangnge Tana Bone. Perkawinan ini melahirkan We Tenri dan La Settuwa. Setelah La Makka mangkat, We Rakiya kawin lagi dengan I Mappaurangi Karaeng Tallo dan Sombaya Gowa melahirkan I Makkasuma alias I Musa yang nantinya menjadi Karaeng Tallo dan Tumabbicara Butta Gowa. Pada masa I Makkasuma dilantik menjadi Karaeng Tallo dia digelar Sultan Sapiuddin.


I Makkasuma kawin dengan Amira Arung Palakka puteri dari La Pareppa Tosappewali Mangkau Bone dan juga pernah menjadi Sombaya Gowa dan We Gumitiri. Inilah kakek dan nenek dari Amas Madina Batara Gowa yang pernah diasingkan oleh Belanda ke Sailon dan Mallisujawa Daeng Riboko Arung Mampu. Keduanya pernah menjadi Sombaya Gowa. I Makkasuma kawin lagi dengan Karaeng Mangarabombang melahirkan anak pertamanya yang bernama I Manginyara Karaeng Lembangparang, anak keduanya bernama I Madellu, anak ketiganya bernama I Manyombali Daeng Patompo Karaeng Baramamase dan anak keempatnya bernama I Bube’ Karaeng Purineya. I Manginyara Karaeng Lembangparang yang nantinya menjadi Karaeng Tallo dan Somabaya Gowa.


I Manginyara Karaeng Lembangparang kawin dengan We Ralleratu Arung Lipukasi puteri dari We Tabacina Arung Lipukasi cucu dari La Oddanriu Datu Tanete dan Datu Soppeng. Perkawinan I Manginyara Karaeng Lembangparang dengan We Ralleratu Arung Lipukasi melahirkan La Oddangriu (sama dengan nama kakeknya) yang nantinya menjadi Karaeng Katangka, Karaeng Tallo dan Sombaya Gowa.


Adapun I Manyombali Daeng Patompo Karaeng Baramamase Tumabbicara Butta Gowa kawin dengan Karaeng Bontomasuji puteri dari I Sugiratu Karaeng Bontoparang dan Muhammad Kaharuddin Sultan Sumbawa. Perkawinan ini melahirkan Muhammad Daeng Sila yang nantinya menjadi Karaeng Beroanging dan Tumabbicara Butta Gowa. Muhammad Daeng Sila kawin dengan We Galaga Karaeng Mangarabombang saudari La Oddangriu puteri dari I Manginyara dan We Ralleratu Arung Lipukasi. Perkawinan ini melahirkan I Kumala Karaeng Lembangparang yang nantinya menjadi Sombaya Gowa.


I Kumala Karaeng Lembangparang kawin dengan I Seno Karaeng Lakiung melahirkan I Malingkaang yang nantinya menjadi Sombaya Gowa. I Malingkaang kawin dengan I Pada Arung Berru melahirkan I Makkulau Daeng Parani Karaeng Lembangparang yang nantinya menjadi Sombaya Gowa. I Makkulau Daeng Parani kawin dengan We Cella alias We Tenri Paddanrang Arung Alitta melahirkan anak pertamanya bernama La Pangoriseng Bau Tode


yang nantinya menjadi Arung Alitta dan anak keduanya bernama La Mappanyukki yang nantinya menjadi Datu Suppa.


Adapun I Bube’ kawin dengan La Wawo putera dari Towappo Arung Berru. Perkawinan ini melahirkan anak pertamanya bernama La Pasanrangi Malaesanra alias Muhammad Rasyid Petta Cambangnge yang nantinya  menjadi Arung Malolo Sidenreng dan Arung Maiwa. Anak keduanya bernama We Ninnong yang nantinya menjadi Datu Tempe.


Dari empat kali kawin We Rakiya Karaeng Kanjenne mempunyai delapan orang anak. Dengan suaminya yang bernama Mas Madina, We Rakiya melahirkan seorang puteri yang bernama I Sugiratu. Dengan suaminya yang bernama Toagamette, We Rakiya melahirkan Taranatie, Towappo, We Mara’ dan We Manneng. Dengan suaminya yang bernama La Makka, We Rakiya melahirkan We Tenri dan La Settuwa. Dengan suaminya yang bernama I Mappaurangi Karaeng Tallo dan Sombaya Gowa, We Rakiya melahirkan I Makkasuma alias I Musa.



Bersambung...


Sumber Dari Buku :

PARA PENGUASA AJATAPPARENG : Refleksi Sejarah Sosial Politik Orang Bugis oleh Abd. Latif


Sumber Foto : https://oxis.org/resources-3/maps-ofsulawesi/20th-century-maps/2012-32---sidenreng.pdf


Komentar

var infolinks_pid = 3397172; var infolinks_wsid = 0;